Pada alkoholisme terdapat variasi dalam derajat gangguan psikologik, nutrisi, ketergantungan fisik dan hilangnya kontrol. Peminum alkohol juga sering terlibat dengan penggunaan-penggunaan obat lain seperti sedative amfetamin bahkan juga narkotik. Motivasi peminum alkohol adalah untuk mendapatkan euphoria, melepaskan emosi serta melepaskan diri sementara dengan depresi atau anastesi yang dilaminya (Guntur M, 2004).
Penggunaan alkohol secara kronis meningkatkan kapasitas metabolisme terhadap alkohol. hal ini menyebabkan toleransi farmakokinetik. Kecepatan metabolisme alkohol ini turun menjadi normal kembali beberapa minggu setelah kebiasaan minum alkohol dihentikan. Selain itu, alkohol juga memperlihatkan toleransi farmakodinamik artinya tanda-tanda keracunan baru mulai timbul pada kadar alkohol darah yang lebih tinggi dibanding kadar yang menimbulkan keracunan pada orang bukan peminum alkohol. Peminum dengan kadar alkohol diatas 200 mg masih dapat mengerjakan tugas yang sulit, sedangkan pada orang normal yang separuhnya sudah menimbulkan keracunan yang nyata (Guntur M, 2004).
Turunan alkohol dapat digunakan untuk antiseptik pada pembedahan dan pada kulit, misalnya etanol dan isopropyl alkohol. Selain itu juga dapat digunakan sebagai pengawet, misalnya benzyl alkohol, karbutanol, dan dapat juga dijadikan untuk mensterilkan udara dalam bentuk aerosol, misalnya etilen glikol, propilen glikol dan trimetil glikol (Armadji S, 1989).
Pada senyawa turunan alifatik, dengan bertambahnya jumlah atom C, kelarutan senyawa dalam air akan menurun dan kelarutan dalam lemak meningkat. Sehingga meningkat pula aktifitasnya. Misalnya lkohol primer lebih aktif dibandingkan dengan alkohol tersier. Adanya ikatan rangkap mempunyai efek serupa dengan adanya percabangan, contohnya asil alkohol dibandingkan dengan n-propil alkohol (Armadji S, 1989).
Turunan alkohol dapat menimbulkan denaturasi protein sel bakteri dan proses tersebut memerlukan air. Hal ii ditunjang oleh fakta bahwa alkohol absolute yang tidak mengandung air, mempunyai aktifitas bakteri lebih rendah dibandingkan dengan alkohol yang mengandung air, selain dari pada turunan, alkohol juga menghambat system fosforilasi dan efeknya terlihat jelas pada mitokondria, yaitu pada hubungan substrat Nikotinamida Adenin Dinikleatida (NAD) (Armadji S, 1989).
Metode Kerja
1. Alat-alat yang digunakan :
- Alat Destilat Sederhana
- Asbes
- Erlenmeyer
- Gelas Ukur
- Gelas Kimia
- Labu destilasi
- Pipet tetes
- Piknometer
- Statif
- Timbangan Analitik
- Aquadest
- Aluminium Foil
- Asam Sulfat
- Ketan putih 1 kg
- Ragi 2 keping
- Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
- Dipipet 50 ml cairan uji kedalam labu destilat
- Ditimbang aquadest hingga diperoleh destilat sebanyak 46-47 ml
- Destilat yang diperoleh dimasukan dalam piknometer 50 ml yang beratnya telah diketahui dengan pasti
- Dicukupkan volumenya dengan aquadest kemudian ditimbang
- terlebih dahulu timbang berat kosong pikno dan pikno isi air
- Hitung berat jeis relative dan tentukan kadar etanolnya menggunakan daftar bobot jenis dan kadar etanol yang terdapat dalam FI edisi IV (Source)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar