Sabtu, 29 September 2012

Percobaan III Bioethanol dari Limbah Pepaya

Senin, 1 Oktober 2012

I. TUJUAN

    Untuk memperoleh ethanol dari fermentasi limbah buah-buahan

II. DASAR TEORI

     Buah pepaya yang sudah tidak layak jual bisa dimanfaatkan untuk bahan baku bioetanol. Buah-buahan yang mengandung kadar gula tinggi merupakan bahan yang potensial untuk bahan baku bioetanol. Buah yang dipakai bukan buah yang masih bagus dan segar, tetapi buah-buah yang sudah tidak layak jual atau hampir busuk. Daripada buah-buah ini dibuang tanpa harga, akan lebih baik jika diolah menjadi bioethanol.
     Kadar gula buah pepaya belum dianalisis di laboratorium, jadi belum tahu berapa kadar yang tepat. Buah pepaya yang sudah masak rasanya manis sekali. Perkiraan bisa sampai 10% kadar gulanya. Kadar yang cukup tinggi untuk dibuat ethanol. Hitung-hitungan teoritis di atas kertas. Andaikan seluruh gula di dalam pepaya bisa diubah menjadi etanol, maka etanol yang bisa diproduksi sekitar 5.1%. Satu ton buah afkir, teoritisnya, bisa menghasilkan 51 kg ethanol absolute. Realitasnya efisiensinya tidak pernah 100%. Mungkin hanya 85-90% yang bisa diambil. Demikian juga kadar etanolnya mungkin 60%, 80%, atau 95%. Meskipun begitu volumenya cukup besar, bisa sampai 48 liter dan nilainya bisa Rp 576.000 per ton buah afkir. Nilai ini akan bertambah besar jika limbah bioetanolnya diolah kembali menjadi pupuk organik cair (POC). (Source)

III. ALAT DAN BAHAN
a. Alat :
    1. Mesin parut untuk menghancurkan buah. Kalau mesin parut susah didapat, bisa juga pakai manual dengan cara ditumbuk.
    2. Drum atau bak untuk menampung bahan baku.
    3. Drum atau bak fermentasi
    4. Timbangan kecil. Bisa pakai timbangan kue.
    5. Ethanol meter. Kalau alat ini perlu dibeli di kota. Biasanya ada di toko-toko yang menjual alat-alat laboratorium.
    6. Distilator. Alat ini harus dipesan ke produsennya. Sesuaikan kapasitas distilator dengan kapasitas produksi ethanolnya.
    7. Peralatan pendukunh lainnya, seperti: ember, gayung, parang, dan lain-lain.
b. Bahan :
    1. Limbah buah, jelas ini adalah bahan baku utamanya.
    2. Ragi roti. Bisa pakai ragi roti yang banyak dijual di toko yang menjual bahan baku kue/roti.
    3. Urea dan NPK (15-15-15), untuk nutrisi tambahan ragi.



IV. CARA KERJA
     1. Buah dihancurkan terlebih dahulu dengan menngunakan parutan atau ditumbuk.
     2. Masukkan Urea & NPK ke dalam drum dan dicampur hingga merata.
     3. Encerkan yeast dengan air hangat-hangat kuku, diaduk sampai muncul buihnya.
     4. Masukkan ragi ke dalam sari buah dan diaduk sampai tercampir merata.
     5. Sari buah difermentasi minimal selama 72 jam atau 3 hari, sampai tidak muncul buihnya lagi.
     6. Sari buah diperas dan diambil airnya.
     7. Air perasan ini kemudian didistilasi untuk mendapatkan ethanol.
V. Hasil dan Pembahasan
     Hasil Pengamatan :
      Hasil Fermentasi      : 500 ml
      Yang didestilasi       : 100 ml
      Hasil destilasi          : 25 ml

      Pembahasan :
              Pada percobaan kali ini, membahas mengenai pembuatan etanol dari limbah buah pepaya yang difermentasikan . Cara yang digunakan untuk memfermentasikan buah pepaya ini tidak sulit, karena prosedurnya pun sama dengan cara memfermentasikan tape ketan, hanya saja dengan bahan yang berbeda. Dengan menggunakan 1 buah pepaya yang hampir busuk dan dengan campuran ragi roti (fermifan), urea dan NPK dengan beberapa taburan dengan metode kualitatif, dihasilkan air hasil fermentasi kurang lebih sekitar 500 ml. Lama waktu penyimpanan fermentasi dari limbah pepaya sekitar 3-4 hari. Kemudian setelah itu, air perasan tersebut diambil sebanyak 100 ml untuk proses destilasi tahap awal (percobaan). Dari 100 ml air fermentasi, diperoleh hasil destilat sebesar 25 ml. Perbandingan volume sebelum dan sesudah didestilasi adalah 4 : 1. Hal tersebut tidak terlalu buruk, karena adanya perbaikan alat yang semula hanya menghasilkan 5 ml dari 300 ml. Alat destilasi ini diperbaiki sedemikian rupa, sehingga alat ini bisa digunakan sebagaimana alat aslinya walau masih ada sedikit kekurangan.
               Destilat yang diperoleh adalah sebanyak 25 ml. Kemudian, hasil destilat tersebut diuji coba secara kualitatif dengan cara mencampurkan larutan H2SO4 pekat dengan K2Cr2O7 lalu dimasukan kedalam hasil destilat tersebut dengan perbandingan masing-masing 1 : 1 : 1. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya etanol didalam hasil destilat tersebut serta mengetahui jenis etanol apa yang terkandung didalamnya. Kemudian setelah dicampurkan terjadi reaksi kimia antara larutan-larutan tersebut. Sampel yang semula jernih kemudian berubah menjadi jingga lalu berubah kembali menjadi hijau. Hal ini menunjukan bahwa adanya reaksi positif. Reaksi positif ini ditandai dengan adanya perubahan warna pada larutan dari jingga (warna K2Cr2O7) menjadi hijau. Hal ini menyatakan bahwa etanol yang terkandung didalamnya adalah etanol primer atau sekunder. Selanjutnya adalah penetuan berat jenis etanol yang didapat, dihitung dengan menggunakan piknometer. Pada percobaan kali ini perhitungan metode berat jenis dapat menggunakan piknometer karena volume hasil destilat mencapai 25 ml. Sedangkan jika volume destilat yang diperoleh dibawah 25 ml, harus dihitung dengan menggunakan timbangan analitik dan jika volume destilat mencapai 40 ml maka bisa dihitung dengan menggunakan alkoholmeter.
Uji Kualitatif Kadar Etanol


VI. Kesimpulan
  1. Fermentasi dilakukan selama 3-4 hari
  2. Hasil fermentasi 500 ml, hasil destilat 25 ml dari 100 ml
  3. Uji kualitatif etanol menunjukan adanya kandungan etanol didalam hasil destilat (warna hijau)
VII. Daftar Pustaka
        http://www.scribd.com/doc/96592705/73503182-Uji-Kualitatif-Dan-Kuantitatif  " 18 okt 2012 20:49"
        http://isroi.com/2010/06/14/membuat-bioetanol-dari-limbah-buah-buahan/ "1 okt 2012 20:20"

Rabu, 26 September 2012

Percobaan II Metode Analisa Etanol

Senin, 24 September 2012

I. TUJUAN
    1. Menentukan berat jenis etanol dari etanol yang diperoleh
    2. Membandingkan berat jenis etanol asli dengan berat jenis etanol yang diperoleh

II. DASAR TEORI

        Alkohol merupakan istilah umum dari etanol mempunyai efek yang menguntungkan dan merugikan bagi manusia. Etanol pada kadar rendah dan sedang berperan sebagai stimulan. Konsumsi etanol dalam jumlah sedang mempunyai efek protektif terhadap penyakit jantung iskemik. Konsumsi etanolyang berlebihan bisa menyebabkan kerusakan banyak organ, terutama otak dan hati (Anonim, 1999). Menurut keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 1516/A/SK/V/81, pasal 1: “Anggur, arak dan sejenisnya termasuk dalam jenis minuman keras dan harus memenuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk minuman keras”. Minuman keras menurut menteri Kesehatan RI nomor 86/Menkes/Per/IV/77 adalah “semua jenis minuman beralkohol tetapi bukan obat, meliputi minuman keras golongan A, minuman keras golongan B, dan minuman keras golongan C”. Minuman anggur termasuk dalam minuman keras golongan B (kadar etanol 5 – 20 %v/v). Minuman anggur dibuat dari fermentasi buah anggur atau jus buah anggur dengan Saccharomyces ellipsoideus. Buah-buah anggur itu dipanen ketika kandungan substrat yang bisa difermentasi, yaitu “gula anggur” atau glukosa berada pada kadar yang tinggi. Material yang disiapkan dari buah anggur sebelum fermentasi disebut must. Prosesnya tidak lain menghancurkan buah yang sudah matang dan menunggu hingga etanol yang dihasilkan sudah cukup dan tidak  beracun (Bowman dan Rand, 1980). Etanol yang nama lainnya alkohol, aethanolum, etil alcohol, adalah cairan yang bening, tidak berwarna, mudah mengalir, mudah menguap, mudah terbakar, higroskopik dengan karakteristik bau spiritus dan rasa membakar, mudah terbakar dengan api biru tanpa asap. Campur dengan air, kloroform, eter, gliserol,dan hampir semua pelarut organik lainnya. Penyimpanan pada suhu 8-15°C, jauh dari api dalam wadah kedap udara dan dilindungi dari cahaya, serta mempunyai rumus struktur sebagai berikut :

Etanol
        Metode yang dapat digunakan untuk menetapkan kadar etanol antara lain metode berat jenis yang merupakan metode konvensional dan kromatografi gas yang merupakan metode instrumental. Masing-masing metode mempunyai kelebihan dan kekurangan. Oleh karena itu, dilakukan perbandingan validitas kedua metode, apakah validitas kedua metode berbeda bermakna atau tidak. Kromatografi gas adalah teknik kromatografi yang bisa digunakan untuk memisahkan senyawa organik yang mudah menguap. Senyawa-senyawa yang dapat ditetapkan dengan kromatografi gas sangat banyak, namun ada batasan-batasannya. Senyawa-senyawa tersebut harus mudah menguap dan stabil pada temperatur pengujian, utamanya dari 50 – 300°C. Jika senyawa tidak mudah menguap atau tidak stabil pada temperatur pengujian, maka senyawa tersebut bisa diderivatisasi agar dapat dianalisis dengan kromatografi gas. Berat jenis untuk penggunaan praktis lebih sering didefinisikan sebagai perbandingan massa dari suatu zat terhadap massa sejumlah volume air yang sama pada suhu 4° atau temperatur lain yang tertentu. Notasi berikut sering ditemukan dalam pembacaan berat jenis: 25°/25°, 25°/4°, dan 4°/4°. Angka yang pertama menunjukkan temperatur udara saat zat ditimbang, angka yang berikutnya menunjukkan temperatur air yang digunakan (Martin dkk., 1983). Berat jenis larutan etanol dapat diukur dengan piknometer. Berat jenis larutan etanol semakin kecil, maka kadar etanol di dalam larutan tersebut semakin besar. Hal ini dikarenakan etanol mempunyai berat jenis lebih kecil daripada air sehingga semakin kecil berat jenis larutan berarti jumlah / kadar etanol semakin banyak. Konversi berat jenis menjadi kadar etanol (v/v) disajikan pada tabel I di bawah ini:

        Validasi suatu metode analisis adalah proses yang dibuat, oleh studi laboratorium, sehingga karakteristik pelaksanaan metode memenuhi persyaratan aplikasi analisis yang diinginkan. Parameter-parameter validitas metode analisis antara lain akurasi, presisi, linearitas, spesifisitas, range, detection limit, dan quantitation limit (Anonim, 2005). (Source)

III. ALAT DAN BAHAN
      Alat :
           1. Labu Ukur
           2. Piknometer
           3. Gelas Ukur

           4. Pipet

           5. Alumunium Foil
           6. Neraca Analitik
      Bahan :
           1. Aquadest
           2. Etanol 50%
           3. Aseton

IV. CARA KERJA
      1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
      2. Dibuat larutan ethanol dengan konsentrasi 50%
      3. Ditimbang piknometer kosong dan catat beratnya
      4. Ditimbang piknometer + aquades dan catat beratnya
      5. Ditimbang piknometer + ethanol 50% dan catat beratnya

V. HASIL PENGAMATAN

No
 Nama bahan
  Jumlah
1.
Air fermentasi
300  ml
2.
Volume destilat
Massa destilat
     5 ml
3,46 gram
3
Aquadest
100  ml
4.
Piknometer  kosong
20,3 gram
5.
Piknometer+ Air
24,25 gram
6.
Piknometer +Destilat
43,31 gram


VI. PERHITUNGAN
1. Penentuan kadar ethanol
Data yang dihasilkan dalam percobaan ini yaitu, dari 300 mL air tapai yang didestilasi menghasilkan 20 mL alkohol.Kadar alkohol yang dihasilkan dari air tape ketan adalah
% Kadar Alkohol    = Massa destilat/ Volume destilat x 100 %

                                =  3,46 gram/ 5 ml x 100 %
                                = 69,2 %
Jadi, Alkohol yang di hasilkan 69,2 %

2. Pembuatan alkohol % v/v  50 %
Di ketahui: V1 = Volume Aquades
                 N1 = 50 %
                 N2 = 96 %
Di tanya : V2?
Jawab :

V1.N1 = V2. N2
        V2 = V1. N1/ N2
        V2 = 100. 50 / 96
        V2  = 52 ml

3. Penentuan bobot jenis ethanol
Di ketahui:    Bobot piknometer kosong (W1)                       =   20,36    gram
                    Bobot piknometer + air suling  (W2 )                =   44,61   gram
                    Bobot piknometer yang berisi destilat (W3)      =    43,31    gram
Di tanya :      Bobot jenis (p)?
Jawab ;
VII. PEMBAHASAN
     Pada praktikum ini adalah penentuan berat jenis pada ethanol,dimana Berat jenis suatu zat (ethanol) adalah perbandingan antara bobot zat dibanding dengan  volume zat pada suhu tertentu (biasanya pada suhu 25ºC),  Berat jenis didefenisikan sebagai perbandingan kerapatan suatu zat terhadap kerapatan air. Berat jenis adalah perbandingan relatif antara massa jenis sebuah zat dengan massa jenis air murni. Air murni bermassa jenis 1 g/cm³ atau 1000 kg/m³.
      Pada percobaan penentuan bobot jenis ini dilakukan dengan menggunakan piknometer. Sampel yang digunakan adalah ethanol.Pertama,penimbangan piknometer kosong (W1) yang sebelumnya telah dibersihkan dengan alkohol kemudian dikeringkan menggunakan alat pengering yaitu hair dryer. Tujuan pembersihan piknometer tersebut adalah agar zat-zat pengotor yang ada didalam piknometer dapat dihilangkan karena akan mempengaruhi bobot dari piknometer. Pencucian piknometer tidak menggunakan aseton karena penggunaan alkohol saja sudah dianggap mampu membersihkan piknometer dengan baik tujuan pengeringan agar piknometer terbebas dari alkohol sisa pencucian sebelumnya.  Bobot piknometer kosong  yaitu 20,36 gram.Setelah piknometer kosong yang kering telah ditimbang bobotnya, piknometer tersebut diisi dengan air suling sampai tanda batas 25 mL. Bobot piknometer yang berisi air suling (W2) yaitu 44,61 gram,dan bobot piknometer yang berisi destilat (ethanol) yaitu 43,31 gram.Pada pengisiannya dengan sampel, harus diperhatikan baik-baik agar di dalam alat tidak terdapat gelembung udara, sebab akan mengurangi bobot sampel yang akan diperoleh.Setelah itu ditentukan bobot  jenisnya dengan menggunakan rumus:
                                                       (Bobot jenis) P = W3 -W1/ W2 -W1

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi bobot jenis suatu zat adalah :
  • Temperatur, dimana pada suhu yang tinggi senyawa yang diukur berat jenisnya dapat menguap sehingga dapat mempengaruhi bobot jenisnya, demikian pula halnya pada suhu yang sangat rendah dapat menyebabkan senyawa membeku sehingga sulit untuk menghitung bobot jenisnya.
  • Massa zat, jika zat mempunyai massa yang besar maka kemungkinan bobot  jenisnya juga menjadi lebih besar.
  • Volume zat, jika volume zat besar maka bobot jenisnya akan berpengaruh tergantung pula dari massa zat itu sendiri, dimana ukuran partikel dari zat, bobot molekulnya serta kekentalan dari suatu zat dapat mempengaruhi bobot jenisnya.
  • Kekentalan/viskositas sutau zat dapat juga mempengaruhi berat jenisnya.
         Dimana bobot jenis yang diperoleh berdasarkan perhitungan adalah  0,946 ppm pada volume ethanol  50 % dan Hal ini tidak sesuai dengan Tabel Daftar Bobot Jenis dan Kadar Etanol pada volume etanol  50 % seharusnya sebesar 0,9335 ppm.Perbedaan hasil ini kemungkinan disebabkan oleh :
  • Pengaruh suhu dari pemegang alat, juga berpengaruh pada alat
  • Cairan yang digunakan sudah tidak murni lagi sehingga mempengaruhi bobot jenisnya
  • Kesalahan-kesalahan praktikan seperti tidak sengaja memegang piknometer.


VIII. KESIMPULAN
         Bahan yang ditetapkan kadarnya adalah etanol yang terkandung dalam sampel atau penetapan kadaetanol pada sampel ditentukan melalui perhitungan bobot jenis. Berdasarkan hasil perhitungan, sampel memiliki  0,946 gr/ml dengan kadar ethanol  0,016 % yang di buat 50 %.

IX. DAFTAR PUSTAKA
http://www.scribd.com/doc/87198402/uji-kadar-etanol

Jumat, 21 September 2012

Percobaan I Pembuatan Alkohol dari Fermentasi dengan Alat Destilasi Sederhana

Senin, 17 September 2012

I. Tujuan
Untuk memperoleh alkohol dari hasil fermentasi tape ketan

II. Landasan Teori
        Tape adalah rnakanan hasil fermentasi dari rnikroba, terutama kapang dan ragi. Tape merupakan makanan fermentasi tradisional yang sudah tidak asing lagi. Tape dibuat dari beras, beras ketan, atau dari singkong (ketela pohon). Berbeda dengan makanan-makanan fermentasi lain yang hanya melibatkan satu mikroorganisme yang berperan utama, seperti tempe atau minuman alkohol, pembuatan tape melibatkan banyak mikroorganisme. Rasa manis dari tape dipengaruhi oleh kadar gula dari tapenya sendiri.  Dalarn proses fermentasi itu pati akan diubah menjadigula oleh kapang jenis Chlamydomucor dan oleh ragi Saccharomyces Cerevisiae gula diubah menjadi alkohol. Ragi tape merupakan medium yang baik bagi jamur amiloletik (pemecah pati) membentuk alkohol seperti Chlamudomucor oryzae, Mucor sp, Rhyzopus Oryzae, Hansenula sp, Saccharomyces cereviseae dan candida sp. Rasa asam  pada tape dapat tirnbul karena perlakuan. Perlakuan (proses) yang kurang teliti, seperti penambahan ragi yang berlebihan dan  penutupan yang  kurang rapat pada saat  fermentasi. Selain  itu rasa  asam  pada  tape dapat  terjadi bila fermentasi berlangsung lebih lanjut. Ragi tape sangat diperlukan dalam pembuatan tape tersebut. Ragi  tape yang  sudah  rusak  tidak  baik digunakan dalam proses pembuatan  tape,  sebab  itu  harus  dipilih  ragi  yang  rnasih  baik. Tape sudah tidak asing lagi bagi masyarakat  kita,  apalagi yang hidup di pedesaan. Selain  ketan,  ubi kayu dan sorghurn pun dapat  dibuat tape.
        Fermentasi yang terjadi yaitu perubahan pati menjadi gula dan oleh ragi gula diubah menjadi alkohol sehingga ketan menjadi lunak, berair, manis dan berbau alkohol. Reaksi:
             2(C6H10O5)n + nH2O → n C12H22O11 Amilum/pati amilase maltosa
             C12H22O11 + H2O → 2 C6H12OMaltosa maltase glukosa
             C6H12O6 → 2 C2H5OH + CO2  Glukosa alkohol
         Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan mikroorganisme yang terdapat di dalam ragi tape adalah kapang Amylomyces rouxii, Mucor sp., dan Rhizopus sp.; khamir Saccharomycopsis fibuligera, Saccharomycopsis malanga, Pichia burtonii, Saccharomyces cerevisiae, dan Candida utilis; serta bakteri Pediococcus sp. dan Bacillus sp. Kedua kelompok mikroorganisme tersebut bekerja sama dalam menghasilkan tape.Mikroorganisme dari kelompok kapang akan menghasilkan enzim-enzim amilolitik yang akan memecahkan amilum pada bahan dasar menjadi gula-gula yang lebih sederhana (disakarida dan monosakarida). Proses tersebut sering dinamakan sakarifikasi (saccharification). Kemudian khamir akan merubah sebagian gula-gula sederhana tersebut menjadi alkohol. Inilah yang menyebabkan aroma alkoholis pada tape. Semakin lama tape tersebut dibuat, semakin kuat alkoholnya. Pada beberapa daerah, seperti Bali dan Sumatera Utara, cairan yang terbentuk dari pembuatan tape tersebut diambil dan diminum sebagai minuman beralkohol. (Source)

III. Alat dan Bahan 
Bahan yang digunakan :
1.  Beras ketan putih
2.  Ragi tape
3,  Air bersih
Alat yang digunakan :
1. Destilasi Sederhana
2. Panci
3. Pengaduk
4. Dandang
5. Wadah
6. Kompor
7. Alat bantu (daun pisang dan Kantong Plastik)

IV. Prosedur Kerja
1. Dicuci bersih semua peralatan yang akan digunakan, lalu keringkan
2. Dicuci bersih beras ketan putih yang akan digunakan
3. Direndam beras ketan tersebut selama 12 jam
4. Setelah direndam selama 12 jam, angkat beras ketan tersebut lalu bilas dengan air beberapa kali
5. Kukus beras ketan tersebut sampai matang
6. Angkat beras ketan yang telah matang, lalu letakkan di atas tampah atau baskom, dinginkan dengan cara mengipasinya
7. Setelah dingin campurkan ragi yang telah dihaluskan dan aduk sampai merata
8. Bungkus ketan yang telah dicampur ragi dengan daun pisang atau plastik, atau masukkan ke dalam keler (stoples)
9. Simpan selama 2-3 hari
catatan:
1. Banyaknya ragi yang digunakan disesuaikan dengan jumlah beras ketan. Bila terlalu banyak akan mempercepat proses fermentasi dan menyebabkan rasa tape menjadi pengar, bila terlalu sedikit dapat menyebabkan tape yang terbentuk tidak manis dan terasa keras
2. Takaran ragi yang tepat biasanya diperoleh berdasarkan pengalaman
3. Kualitas tape yang baik turut ditentukan oleh jenis ragi yang digunakan dan asal ragi tersebut

V. Hasil Pengamatan 
  1. Perasan tape yang digunakan : 300 ml
  2.  Alkohol yang dihaasilkan : 5 ml
VI. Pembahasan
        Pada percobaan kali ini, praktikan melakukan percobaan menganalisis alkohol. Percobaan dimulai dengan pembuatan tape dengan bahan dasar ketan putih. Ketan putih yang telah dibersihkan lalu di rendam selama sehari semalam agar melunak dan di kukus selama kurang lebih 30 menit. Sebelum menuju ke tahap peragian, terlebih dahulu ketan yang telah dikukus tadi di dinginkan sampai benar-benar dingin. Ketan putih yang telah dingin tadi lalu di beri ragi 2 keping yang telah ditumbuk halus sampai merata. Kemudian ketan putih disimpan dalam wadah yang tertutup rapat agar tidak ada bakteri lain yang masuk. Setelah disimpan dan dibiarkan selama kurang lebih 3 hari, ketan putih / tape itu menghasilkan cairan yang mengandung campuran alkohol dan air sebanyak kurang lebih 1,5 liter.
         Analisis alkohol dilakukan dengan menggunakan alat destilasi yang sudah dibuat sedemikian rupa. Air perasan tape dituang sebanyak 300 ml kedalam kaleng destilasi yang dipanaskan dengan penangas air. Setelah beberapa menit, uap keluar menuju selang yang kemudian uap tersebut melewati kondensor sehingga menjadi uap alkohol yang prosentasenya lebih tinggi daripada kandungan alkohol perasan tape sebelum melalui proses destilasi. Alkohol yang dihasilkan dari hasil percobaan yang telah dilakukan adalah sebanyak 5 ml dengan proses destilasi selama kurang lebih 1 jam. 
         Sangat sulit untuk mendapatkan alkohol dalam jumlah volume yang banyak dari alat destilasi sederhana karena ada kendala yang terjadi pada proses percobaan destilasi perasan tape ini. Yaitu kendala pada alat destilasi sederhana yang dibuat sendiri ketika alat tersebut diuji coba dengan menggunakan air, uap airnya berjalan namun belum keluar seutuhnya karena tersumbat diantara lilitan-lilitan selang tersebut. Pada saat alat destilasi digunakan, selang yang dipakai untuk jalan keluarnya uap alkohol perasan tape tersebut sempat tidak berfungsi dengan baik. Karena lilitan selangnya tidak beraturan sehingga tersumbat ketika berada didalam kondensor dan perlu perlakuan khusus agar uap alkohol dapat keluar dengan baik. Setelah itu, air perasaan tape pun keluar sebanyak 5 ml. Namun air yang 5 ml itu belum dilakukan pengujian analisis kadar alkohol dengan menggunakan Kalium dikromat dan Asam sulfat pekat. selain itu, hasil destilat pun belum sepenuhnya sempurna karena hanya menghasilkan destilat 5 ml dari 300 ml. Faktor penyebabnya adalah kemungkinan besar pada alat destilasinya yang kurang sempurna atau memang cairan perasan tape memiliki kandungan alkohol yang sedikit. Dibawah ini adalah alat destilasi yang kami buat :


VII. Kesimpulan 
  • Fermentasi tape ketan pada percobaan ini terjadi selama 3 hari.
  • Hal yang harus diperhatikan dalam proses pembuatan tape agar berlangsung secara sempurna adalah bersihnya peralatan yang dipakai dan menggunakan ragi yang berkualitas.
  • Alkohol yang didapatkan dari air tape ketan putih yang di destilasi dari alat destilasi sederhana yaitu 5 ml dari 300 ml. 

VIII. Daftar Pustaka


  • http://megavalen.blogspot.com/2012/04/laporan-fermentasi-tape-ketan-atau.html
  • http://syahronie.blogspot.com/2008/05/pembuatan-tape-ketan.html
  • http://kandanghaurkimia.blogspot.com/2010/06/alat-destilasi-sederhana.html

Teori Singkat Azeotrop


Apa itu azeotrop? Azeotrop merupakan campuran 2 atau lebih komponen pada komposisi tertentu dimana komposisi tersebut tidak bisa berubah hanya melalui distilasi biasa. Ketika campuran azeotrop dididihkan, fasa uap yang dihasilkan memiliki komposisi yang sama dengan fasa cairnya. Campuran azeotrop ini sering disebut juga constant boiling mixture karena komposisinya yang senantiasa tetap jika campuran tersebut dididihkan. Untuk lebih jelasnya, perhatikan ilustrasi berikut :
Titik A pada pada kurva merupakan boiling point campuran pada kondisi sebelum mencapai azeotrop. Campuran kemudian dididihkan dan uapnya dipisahkan dari sistem kesetimbangan uap cair (titik B). Uap ini kemudian didinginkan dan terkondensasi (titik C). Kondensat kemudian dididihkan, didinginkan, dan seterusnya hingga mencapai titik azeotrop. Pada titik azeotrop, proses tidak dapat diteruskan karena komposisi campuran akan selalu tetap. Pada gambar di atas, titik azeotrop digambarkan sebagai pertemuan antara kurva saturated vapor dan saturated liquid. (ditandai dengan garis vertikal putus-putus)
Bagaimana? Cukup jelas bukan? Secara logis, hasil distilasi biasa tidak akan pernah bisa melebihi komposisi azeotropnya. Lalu, adakah trik engineering tertentu yang dapat dilakukan untuk mengakali keadaan alamiah tersebut? Nah, kita akan membahas contoh kasus pemisahan campuran azeotrop propanol-ethyl acetate. (Source)

Selasa, 11 September 2012

Prosedur Analisis Alkohol

Alkohol merupakan suatu bahan yang mempunyai efek farmakologi dan cenderung menimbulkan ketergantungan serta berinteraksi dengan obat lain (Guntur M,2004).

Pada alkoholisme terdapat variasi dalam derajat gangguan psikologik, nutrisi, ketergantungan fisik dan hilangnya kontrol. Peminum alkohol juga sering terlibat dengan penggunaan-penggunaan obat lain seperti sedative amfetamin bahkan juga narkotik. Motivasi peminum alkohol adalah untuk mendapatkan euphoria, melepaskan emosi serta melepaskan diri sementara dengan depresi atau anastesi yang dilaminya (Guntur M, 2004).

Penggunaan alkohol secara kronis meningkatkan kapasitas metabolisme terhadap alkohol. hal ini menyebabkan toleransi farmakokinetik. Kecepatan metabolisme alkohol ini turun menjadi normal kembali beberapa minggu setelah kebiasaan minum alkohol dihentikan. Selain itu, alkohol juga memperlihatkan toleransi farmakodinamik artinya tanda-tanda keracunan baru mulai timbul pada kadar alkohol darah yang lebih tinggi dibanding kadar yang menimbulkan keracunan pada orang bukan peminum alkohol. Peminum dengan kadar alkohol diatas 200 mg masih dapat mengerjakan tugas yang sulit, sedangkan pada orang normal yang separuhnya sudah menimbulkan keracunan yang nyata (Guntur M, 2004).
Turunan alkohol dapat digunakan untuk antiseptik pada pembedahan dan pada kulit, misalnya etanol dan isopropyl alkohol. Selain itu juga dapat digunakan sebagai pengawet, misalnya benzyl alkohol, karbutanol, dan dapat juga dijadikan untuk mensterilkan udara dalam bentuk aerosol, misalnya etilen glikol, propilen glikol dan trimetil glikol (Armadji S, 1989).

Senin, 10 September 2012

Pembuatan Alat Destilasi

Destilasi merupakan salah satu metode pemisahan campuran disamping metode yang lain seperti filtrasi, kristalisasi, sublimasi, Kromatografi. Destilasi didasarkan pada perbedaan titik didih campuran. Destilasi atau penyulingan digunakan untuk memisahkan campuran homogen (serba sama), seperti campuran air dan alkohol, air laut. Secara teoritis, destilasi juga dapat digunakan untuk memurnikan air sadah. 
Alat destilasi terdiri dari labu destilasi, thermometer, kondensor Leibig, pembakar spiritus/Bunsen, kaki tiga, dan statif. Pada pemisahan campuran alkohol, maka alkohol akan mendidih lebih awal dan menguap karena alkohol memiliki titik didih lebih rendah daripada titik didih air. Uap alkohol selanjutnya akan mencair setelah melalui pipa kondensor. Cairan inilah yang disebut destilat (alkohol) murni. Sedangkan pada labu hanya tinggal air. Dengan demikian, alcohol telah terpisah dari air.
Alat destilasi sederhana menggunakan pipa kaca dan pipa paralon sebagai pengganti kondensor leibig, kaleng bekas sebagai pengganti labu destilasi.

Minggu, 09 September 2012

Bioethanol-Biodiesel

Selamat Menyaksikan ...

Cara Kerja pembuatan Bioethanol dengan Berbagai Macam Cara

Pada Praktikum Semester ini, diarahkan untuk mendukung penelitian produksi Bioethanol sebagai bahan bakar energi alternatif yang terbarukan. Proses-proses produksi bioethanol ada beberapa proses, diantaranya adalah :
1. Proses Hidrolisis
2. Proses Fermentasi
3. Proses Distilasi
4. Proses Ekstraksi
silahkan klik disini untuk dapat mengunduh filenya secara lengkap megenai cara kerja pembuatan bioethanol.
Selamat Mengerjakan .....

Rabu, 05 September 2012

Alat Gelas Laboratorium Kimia

Dalam sebuah laboratorium, pada umumnya terdapat alat-alat praktikum seperti labu ukur, tabung reaksi, pipet tetes dan lain-lain. Alat praktikum diantaranya adalah terbuat dari bahan gelas (mudah pecah). Sebuah Pusat Laboratorium Terpadu atau biasa dikenal dengan sebutan PLT yang berlokasi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang berada di kampus 1 yang juga bersebelahan dengan Fakultas Sains dan Teknologi (SainTek) ini mempunyai berbagai macam alat kimia yang terbuat dari gelas. Diantaranya adalah sebagai berikut :
No
Alat
Fungsi
1.

Erlenmeyer
Tempat membuat larutan. Dalam membuat larutan erlenmeyer yang selalu digunakan.
2.

Labu destilasi
Untuk destilasi larutan. Pada bagian atas terdapat karet penutup dengan sebuah lubang sebagai tempat termometer.
3.

Gelas Beaker
Tempat untuk menyimpan dan membuat larutan. Beaker glass memiliki takaran namun jarang bahkan tidak diperbolehkan untuk mengukur volume suatu zat cair.
4.

Corong gelas
Corong dibagi menjadi dua jenis yakni corong yang menggunakan karet atau plastik dan corong yang menggunakan gelas. Corong digunakan untuk memasukan atau memindah larutan dari satu tempat ke tempat lain dan digunakan pula untuk proses penyaringan setelah diberi kertas saring pada bagian atas.
5.

Buret
Digunakan untuk titrasi, tapi pada keadaan tertentu dapat pula digunakan untuk mengukut volume suatu larutan.

untuk lebih lengkapnya silahkan klik disini untuk mendownload file secara lengkap.