Kamis, 29 November 2012

Identifikasi Hidrkarbon

 I.     Tujuan
  •          Menyelidiki sifat-sifat fisik, kelarutan dan massa jenis senyawa hidrokarbon.
  •         Membandingkan kereaktifan antara alkana, alkena dan senyawa aromatik.
  •       Menggunakan sifat fisika dan sifat kimia untuk mengidentifikasi senyawa yang tidak    diketahui (unknown).
II. Dasar Teori
   Senyawa organik yang hanya mengandung atom hidrogen dan karbon disebut hidrokarbon. Hidrokarbon dapat dikelompokkan sebagai berikut:

Sifat fisik yang dimiliki hidrokarbon disebabkan oleh sifat non polar dari senyawa tersebut. Umumnya hidrokarbon tidak dapat bercampur dengan pelarut polar seperti air atau etanol. Sebaliknya, hidrokarbon dapat bercampur dengan pelarut yang relatif nonpolar se[erti karbon tetraklorida (CCl4) atau diklorometana (CH2Cl2). Reaktivitas kimia senyawa hidrokarbon ditentukan oleh jenis ikatannya. Hidrokarbon jenuh(alkana) tidak reaktif terhadap sebagian besar pereaksi. Hidrokarbon tak jenuh, (alkena dan alkuna), dapat megnalami reaksi adisi pada ikatan rangkap dua atau rangkap tiganya. Senyawa aromatik biasanya mengalami reaksi subtitusi.
Reaksi yang terjadi pada hidrokarbon :
       1.    Pembakaran
     Hasil pembakaran hidrokarbon adalah CO2 dan H2O
CH4 + 2 O2   CO2 + 2 H2O
       2.    Reaksi dengan bromin
        Hidrokarbon tek jenuh bereaksi cepat dengan bromine dalam larutan CCl4. Reaksi yang terjadi adalah adisi bromin pada karbon ikatan rangkap.
                                           
                                                    Br   Br
                                                       
CH3-CH=CH-CH3 + Br2   CH3-CH-CH-CH3
                               Merah   tidak berwarna
                                                 Br  Br
                                                  
CH3-C˗C-CH3 + 2 Br2   CH3-C ˗C-CH3
                           merah               
                                                Br  Br
                                              Tidak berwarna
Larutan bromin berwarna merah kecoklatan, sedangkan hasil reaksinya tidak berwarna. Sehingga terjadinya reaksi ini ditandai dengan hilangnya warna larutan bromin. Alkana yang tidak memiliki ikatan rangkap, tidak bereaksi dengan bromin(warna merah kecoklatan bromin tetap ada), sedangkan senyawa aromatik dapat mengalami reaksi subtitusi dengan bromin dengan adanya katalis Fe atau AlCl3. Reaksi subtitusi tersebut juga menghasilkan gas HBr.
          3.    Reaksi dengan H2SO4 pekat
Hidrokarbon tak jenuh mengalami reaksi adisi dengan H2SO4 pekat dingin. Produk yang dihasilkan adalah asam alkil sulfonat yang larut dalam H2SO4.
                                                              H    OSO2OH
                                                                   
CH3-CH-CH-CH3 + HOSO2OH CH3-CH-CH-CH3
                                  (H2SO4)
Hidrokarbon tak jenuh dengan H2SO4 pekat tidak bereaksi, sedangkan alkuna dan senyawa aromatik bereaksi lambat.
          4.    Reaksi dengan KMnO4 (uji Baeyer)
Larutan KMnO4 mengoksidasi senyawa tak jenuh. Alkana dan senyawa aromatik umumnya tidak reaktif dengan KMnO4. Terjadinya reaksi ini ditandai dengan hilangnya warna ungu dari KMnO4 dan terbentuknya endapan coklat MnO4. Produk yang dihasilkan suatu glikol atau 1,2-diol.
                                                                        OH OH
                                                                            
3 CH3-CH-CH-CH+ 2 KMnO4 + 4 H23 CH3-CH-CH-CH+ 2 MnO4 + 2 KOH
                                     Ungu                                                           Coklat
III. Alat dan Bahan
 Alat :
- tabung reaksi                   - kaca arloji
- pipet tetes                      - gelas piala
- batang pengaduk              - gelas ukur
Bahan :
          - sikloheksana                   - H2SO4 pekat
          - sikloheksena                   - Br2 1% dalam heksana
          - toluen                           - minyak tanah
          - senyawa unknown           - KmnO4 1%

IV.Cara Kerja
    A.   Sifat fisik hidrokarbon


B. Sifat Kimia Hidrokarbon
   




 V. Hasil Pengamatan

         A.   Sifat fisik hidrokarbon
  
   
         






        B. Sifat Kimia hidrokarbon 

  
     






     

     
    VI. Pembahasan
 
Pada praktikum kali ini, praktikan mengindentifikasi dengan menguji sampel yang  diduga  mengandung  senyawa  hidrokarbon  (berupa  alkana,  rangkap tunggal, atau alkena, rangkap ganda).  
Pada  uji  Baeyer  digunakan  zat  katalis,  yakni  KMnO4, selain  sebagai  katalis  KMnO4 dapat juga digunakan sebagai reagensia untuk menunjukkan adanya senyawa hidrokarbon dengan  dilihat  dari   jenis  ikatan  rangkapnya.  Seperti  yang  diketahui  dari  landasan  teori bahwa jenis  ikatan tunggal  merupakan jenis dari senyawa  hidrokarbon jenuh, dan untuk ikatan  ganda  merupakan  jenis  dari  senyawahidrokarbon  tak  jenuh.  
Pada  hasil pengamatan, sampel yang menghasilkan endapan bewarna coklat hal tersebut dikarenakanion manganat (VII) merupakan agen pengoksidasi yang kuat, dan sampel dioksidasi oleh ion manganat (VII)  sebelum  terbentuk  endapan  bewarna  coklat.  Dengan penambahan Na2C2O3 ion  manganat  (VII)  tereduksi  menjadi  ion  manganat  (VI)  yang  bewarna  hijau lalu  direduksi  kembali  menjadi  padatan  (endapan)  mangan  (IV)  yang  bewarna  coklathitam.Pada  senyawa  hidrokarbon  tidak  jenuh,  rangkap  ganda,  dapat  bereaksi  dengan reagensia KMnO4, namun pada senyawa hidrokarbon jenuh, rangkap tunggal tidak dapat bereaksi maupun dioksidasi oleh ion manganat (VII).

Terjadi reaksi redoks, dimana senyawa hidrokarbon mengalami oksidasi dan KMnO4 mengalami reduksi, merubah bilangan oksidasi Mn dalam KMnO4 yaitu +7 yang memberi warna ungu menjadi senyawa MnO4 dengan biloks Mn +4 yang memberikan warna coklat.
Selain itu, reaksi oksidasi yang terjadi juga mengakibatkan ikatan rangkap dua terputus dan diubah menjadi ikatan tunggal. Dari percobaan tersebut diketahui bahwa senyawa unknown tersebut adalah senyawa tak jenuh.
Pada percobaan untuk sampel menghasilkan endapan coklat,  yang mengindikasikan terjadinya  reaksi dengan  KMnO4dan  dapat  diidentifikasi  bahwa  sampel tesebut  adalah  senyawa hidrokarbon  tak jenuh, rangkap ganda.

VII. Kesimpulan

  •         Senyawa hidrokarbon bersifat non polar
  •         Sample unknown adalah hidrokarbon tak jenuh.

Daftar Pustaka
Nurbayti,siti Msi. 2012.penuntun praktikum Kimia Organik I”. Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah
http://abie-moonshine.blogspot.com/2011/11/laporan-identifikasi-senyawa.html
http://choesnanmoesthofa.wordpress.com/2012/04/01/mangan-mn






Kamis, 15 November 2012

Identifikasi Aldehida dan Keton

Senin, 12 November 2012

I. Tujuan
  1. Mempelajari dan memperkenalkan salah satu metode identifikasi senyawa berdasarkan perbedaan gugus  fungsi.
  2. Memberi pemahaman identifikasi secara kimia senyawa golongan aldehid dan keton.
II. Dasar Teori
 Salah satu gugus fungsi yang kita yaitu aldehid. Aldehid adalah suatu senyawa yang mengandung sebuah gugus karbonil yang terikat pada sebuah atau dua buah atom hidrogen. Nama IUPEC dari aldehida diturunkan dari alkana dengan mengganti akhiran “ana“ dengan “al“. Nama umumnya didasarkan nama asam karboksilat ditambahkan dengan akhiran dehida (Petrucci, 1987).
Aldehid dinamakan menurut nama asam yang mempunyai jumlah atom C sama pada nama alkana yang mempunyai jumlah atom sama. Pembuatan aldehida adalah sebagai berikut: oksidasi alkohol primer, reduksi klorida asam, dari glikol, hidroformilasi alkana, reaksi Stephens dan untuk pembuatan aldehida aromatik (Fessenden, 1997).
Salah satu reaksi untuk pembuatan aldehid adalah oksidasi dari alkohol primer. Kebanyakan oksidator tak dapat dipakai karena akan mengoksidasi aldehidnya menjadi asam karboksilat. Oksidasi khrompiridin komplek seperti piridinium khlor kromat adalah oksidator yang dapat merubah alkohol primer menjadi aldehid tanpa merubahnya menjadi asam karboksilat (Petrucci, 1987).
Keton adalah suatu senyawa organik yang mempunyai sebuah gugus karbonil terikat pada dua gugus alkil, dua gugus alkil, atau sebuah alkil. Keton juga dapat dikatakan senyawa organik yang karbon karbonilnya dihubungkan dengan dua karbon lainnya. Keton tidak mengandung atom hidrogen yang terikat pada gugus karbonil (Wilbraham, 1992).
Pembuatan keton ynag paling umum adalah oksidasi dari alkohol sekunder. Hampir semua oksidator dapat dipakai. Pereaksi yang khas antara lain khromium oksida (CrO3), phiridinium khlor kromat, natrium bikhromat (Na2Cr2O7) dan kalium permanganat (KMnO4) (Respati, 1986).
Reaksi-reaksi pada aldehida dan keton adalah reaksi oksidasi dan reaksi reduksi. Reaksi oksidasi untuk membedakan aldehida dan keton. Aldehid mudah sekali dioksidasi, sedangkan keton tahan terhadap oksidator. Aldehida dapat dioksidasi dengan oksidator yang sangat lemah. Sedangkan reaksi reduksi terbagi menjadi tiga bagian yaitu reduksi menjadi alkohol, reduksi menjadi hidrokarbon dan reduksi pinakol (Wilbraham, 1992).
Sifat-sifat fisik aldehid dan keton, karena aldehid dan keton tidak mengandung hidrogen yang terikat pada oksigen, maka tidak dapat terjadi ikatan hidrogen seperti pada alkohol. Sebaliknya aldehid dan keton adalah polar dan dapat membentuk gaya tarik menarik elektrostatik yang relatif kuat antara molekulnya, bagian positif dari sebuah molekul akan tertarik pada bagian negatif dari yang lain (Fessenden, 1997).
  
            A.    Iodoform
Iodoform merupakan salah satu haloform yang terbentuk kristal berwarna
kuning, dan sedikit larut dalam air. Secara umum haloform dibuat dari suatu senyawa metil keton / metil aldehida atau dari senyawa yang bila teroksidasi menghasilkan senyawa tersebut. Metil keton menghasilkan endapan kuning iodoform jika direaksikan dengan iodine dalam larutan NaOH.  

R-C-CH3+ 3 I2+ 4NaOH  èR-C-ONa  +   3 NaI  +  3  H2O + CHI3
 Metil keton                                                                                               Iodoform kuning

Untuk pembahasan ini, diasumsikan bahwa pereaksi yang kita gunakan adalah larutan iodin dan natrium hidroksida. Tahap pertama melibatkan substitusi ketiga atom hidrogen dalam gugus metil dengan atom-atom iodin. Keberadaan ion-ion hidroksida cukup penting untuk berlangsungnya reaksi  ion-ion ini terlibat dalam mekanisme reaksi.
Pada tahap kedua, ikatan antara C I3 dan ikatan lainnya pada molekul terputus menghasilkan triiodometana (iodoform) dan garam dari sebuah asam.
  
      B.    Tes Benedict
Tes benedict memberikan hasil positif bila terbentuk endapan merah bata. Aldehida alifatik dioksidasi menjadi asam karboksilat dengan pereaksi benedict( kompleks ion Cu(II) sitrat dalam larutan basa). Ion Cu(II) direduksi menjadi Cu2O(endapan berwarna merah bata). Aldehida aromatik dan keton tidak bereaksi dengan pereaksi benedict.

R-CHO  +  2Cu2+ +  5 OH     à R-COO- +  Cu2O  +   3 H2O
 Biru                                                      merah bata

III. Alat dan Bahan
a.    Tes Iodoform.
Alat :           
·         Gelas Beaker
·         Batang Pengaduk
·         Kertas Saring
·         Penanggas Air
·         Timbangan Analitik
Bahan :
·         KI
·         NaOCl
·         Aseton
·         Alkohol 
  
b.    Tes Benedict.
Alat :
·         Pipet Tetes
·         Tabung Reaksi
·         Gelas Beaker
·         Penanggas Air
Bahan :
·         Formaldehida
·         Aseton
·         Benzaldehida
·         Pereaksi Benedict

IV. Cara Kerja
A. Tes Iodoform

B. Tes Benedict

V. Hasil Pengamatan
a. Tes Iodoform
            Berat kertas saring                  : 0,44 gram.
Berat kertas saring + kristal     : 0,6 gram.
Berat kristal yang dihasilkan    : 0,16 gram.
      
      b. Tes Benedict
No
Larutan Campuran
Perubahan
Tidak dipanaskan
Dipanaskan
1
Aseton + Pereaksi
Benedict
Homogen, warna biru
2 fase, bagian atas aseton bagian bawah pereaksi benedict
2
Formaldehid + Pereaksi Benedict
Homogen, warna hijau muda
Homogen, warna biru
3
Benzaldehid + Pereaksi Benedict
Homogen, warna biru
Homogen, warna biru
VI. Pembahasan
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan, maka dapat didefinisikan aldehida adaLah senyawa orgnaik yang karbon-karbonilnya (karbon yang terikat pada oksigen) selalu berikatan dengan paling sedikit satu hidrogen, rumus struktur aldehida ialah RCHO. Sedangkan keton adalah senyawa oprgnaik yang senyawa karbon-karbonilya dihubungkan dengan dua karbon lain, rumus struktur keton ialah RCOR.
       Aldehida dan keton dalam air bercampur sempurna. Keduanya juga dapat dikenali dengan memperhatikan namanya yaitu berakhiran –al untuk aldehida dan berakhiran –on untuk keton. Aldehida dan keton juga mempunyai bau khas. Aldehid berbau merangsang dan keton berbau harum.
Percobaan pertama adalah tes iodoform, reaksi iodoform yaitu suatu reaksi yang spesifik terhadap senyawa yang mengandung gugus metil keton. Gugus metil dari suatu metil keton diiodinasi dalam suasana basa sampai terbentuk Iodoform padat berwarna kuning
 Gugus metil keton yang dipakai dalam percobaan ini adalah aseton, yang akan direaksikan dengan iodium suasana basa menghasilkan Iodoform. Dan selanjutnya dilakukan proses rekristalisasi.
Dalam percobaan ini dilakukan pengenceran aseton dengan air. Hal ini dikarenakan pada daerah tropis aseton mudah menguap. Dengan adanya penambahan air dapat mencegah penguapan aseton. 
NaOCl berfungsi sebagai suasana basa. Dalam percobaan ini, setelah iodoform habis bereaksi harus segera ditambahkan sejumlah air karena bila iodoform telah habis bereaksi berarti sudah terbentuk kristal iodoform. Tujuan penambahan air sesegera mungkin adalah untuk menyempurnakan reaksi agar kristal yang dihasilkan bagus.
Adapun faktor-faktor yang dapat menyebabkan kegagalan adalah penambahan NaOCl yang terlalu sedikit dan berlebih. Penambahan NaOCl harus tepat karena jika terlalu sedikit, suasananya menjadi kurang basa dan akibatnya kristal yang terbentuk sedikit. Sedangkan jika terlalu banyak atau berlebih iodoform dapat larut dalam NaOCl.
Rekristalisasi adalah pemurnian zat padat dimana dalam keadaan panas larut dalam suatu pelarut tertentu, tetapi dalam keadaan dingin atau pada suhu kamar, zat atau kristalnya akan terjadi. Cara rekristalisasi dengan memanaskan pelarut tertentu yang sesuai (dalam hal ini alkohol panas). Alkohol ± 50 ml dipanaskan di atas hot plate dengan diberi corong yang sudah disumbat dengan kertas saring. Dimasukkan kristal iodoform yang sudah disaring tersebutke dalam erlenmeyer, yang kemudian dilarutkan ke dalam alkohol panas.
Alkohol dipanaskan di atas hot plate bukan di atas api bebas karena alkohol sifatnya mudah terbakar maka menggunakan erlenmeyer yang ditutupdengan corong dan ditutup dengan kertas saring untuk menghindari terjadinya penguapan alkohol.
alkohol panas tersebut dimasukkan ke dalam erlenmeyer lain yang sudah berisi kristal iodoform, penambahannya dilakukan sedikit demi sedikitsampai kristal iodoformnya tepat larut. Jika alkohol ditambahkan berlebih maka kristal iodoform yang larut saat panas nantinya akan sulit mengendap atau mengkristal kembali.
Setelah itu dinginkan, lalu menambahkan air dan segera disaringdengan corong. Hasil kristalnya yang terbentuk dikeringkan, setelah kering hasilnya ditimbang. Diperoleh berat kristal iodoform sebesar 0,16 gram.
Selanjutnya adalah tes benedict, pada percobaan ini bertujuan untuk mengetahui reaksi pada aldehid dan keton dengan direaksikan dengana benedict. Larutan yang akan di uji dengan benedict adalah formaldehid, aseton dan benzaldehid.
Langkah pertama  yang dilakukan adalah menyiapkan 3 buah tabung reaksi masing-masing diisi dengan 10 tetes formaldehid, aseton dan benzaldehid. kemudian pada masing-masing tabung ditambahkan 2 ml pereaksi benedict. Kemudian ditempatkan dalam penangas air yang bertujuan untuk mempercepat terjadinya reaksi. Hasil yang diperoleh adalah negatif, karena dari ketiga hasil reaksi tersebut tidak membentuk endapan merah bata. Kemungkinan yang terjadi adalah karena faktor kesalahan praktikan. seperti kurangnya pemanasan dan kurang teliti. Menurut teori, larutan yang membentuk endapan merah bata adalah campuran formaldehid dengan pereaksi benedict dengan persamaan reaksi sebagai berikut :
                        O                                            O
  
                          ||                                             ||
H – C – H + 2Cu+ + OH-  à H – C – OH + CuO2 ↓ Merah bata + 3H2O
VII. Kesimpulan

  1. Formaldehid (aldehida) bereaksi dengan reagen Benedict membentuk endapan merah bata Cu2O
  2. Aseton dan benzaldehida (keton) tidak bereaksi dengan benedict
  3. Berat kristal iodoform yang diperoleh sebesar 0,16 gram

VIII. Daftar Pustaka
Fesenden, J Ralp, dan Joan s. Fessenden. 2006. Kimia Organik Jilid1.
                 Terjemahan Aloysius Hadyana Pudjaatmaka. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Siti Nurbayti, M.Si.2011. Penuntun Praktikum Kimia Organik I.Jakarta:UIN Syarif
                 Hidayatullah.
http://lilyanisemuelraga.blogspot.com/2012/03/identifikasi-senyawa-aldehid-dan-keton.html

IX. Pertanyaan
1.    Sebutkan fungsi aseton dan NaOCl dalam kristalisasi iodoform ?
Fungsi aseton :
·         Untuk menghasilkan kristal iodoform.
·         Sebagai gugus metil yang dapat menghasilkan kristal iodoform.
Fungsi NaOCl :
·         Sebagai suasana basa dalam reaksi iodoform.
·         Sebagai oksidator, yang akan bereaksi dengan I2 membentuk NaOI ,kemudian akan terurai menjadi NaI dan Onasen yang memiliki sifat sebagai oksidator yang mengubah asetan menjadi triiodoaseton.
·         Sebagai nukleofil yang menyerang atom karbonil sehingga membentuk keton yang terhalogenasi dan ion CI3 yang tidak stabil yang segeramembentuk CHI3 (iodoform).
2.    Sebutkan komponen dari reagent benedict ?
·         Natrium sitrat.
·         Natrium karbonat.
·         Kupri sulfat.
·         Air suling.
3.    Jelaskan cara lain untuk melakukan identifikasi terhadap senyawa aldehida dan dan keton ?
a.    Uji Tollens
Mencuci  satu tabung reaksi dengan sabun dan sikat, dan cuci dengan air suling. Memasukkan 2ml larutan 5% perak nitrat kemudian menambahkan 2 tetes larutan 5% natrium hidroksida dan campur dengan baik. Kemudian menambahkan tetes demi tetes sambil dikocok larutan 2% amonium hidroksida hanya secukupnya untuk melarutkan endapan.
Menyiapkan empat tabung reaksi  yang berisi reagen tollens. Kemudiam menguji benzaldehid, aseton, sikloheksanon, dan formalin 2 tetes ke satu tabung 1 senyawa. Kemudian dikocok beberapa menit. Jika tidak bereaksi dipanaskan (35-50)oC selama 5 menit. Selanjutnya melakukan pengamatan.
b.    Uji Fehling dan Benedict
               Menyiapka 4 tabung reaksi kemudian masing-masing ditambahkan 5 mL reagen benedict atau 5 ml reagen Fehling yang baru dibuat . masing-masing tabung reaksi menambahkan beberapa tetes bahan yaitu formaldehid, n-heptaldehid, aseton dan sikloheksanon. Kemudian 4 tabung dimasukkan kedalam air mendidih kemudian mengamati periubahannya setelah 10-15 menit.
c.    Adisi bisulfit
Memasukkan 5 ml larutan jenuh natrium bisulfit ke dalam erlenmeyer 50 mL  dan mendinginkan larutan didalam air es. Kemudian menambahkan 2,5 mL aseton tetes demi setetes sambil dikocok.  Setelah 5 menit menambahkan 10 ml etanol untuk memulai penghabluran. Kemudian disaring kemudian di tetesi HCl dan diamati apa yang terjadi.
d.   Pengujian dengan Fenilhidrasin
Memasukkan 5 ml fenil hidrasil kedalam 2 tabung reaksi kemudian menambahkan 10 tetes pada tabung pertama benzal dehid pada tabung ke-2sikloheksanon. Kemudian menutup dengan goncangan dengan kuat selama 1-2 menit hingga menghablur. Selanjutnya menyaring fenil hidrazon yang menghablur dengan sedikit air dingin.dan menghablurkan kembali dengan sedikit metanol atau etanol dan di diaman hingga keering. Kemudian mengukur titik lelehnya
e.    Reaksi Haloform
Memasukkan 5 tetes aseton ke dalam 3 ml larutan 5% natrium hidroksida, kemudian menambahkan larutan iodium sambil menggoncangnya sampai warna iodium tidak hilang lagi. Kemudian menunggu iodoform yang berwarna kuning  mengendap dan mencium bau dan mencatat baunya.
f.     Kondensasi Aldol
               Mereaksikan 4 ml larutan 1% NaOH dengan 0,5 ml asetaldehid. Kemudian memasukkan ke dala ttabung reaksi, menggoncang dengan baik dicatat baunya (dari asetaldehid yang tidak bereaksi). Kemudian mendidihkan campuran selama 3 menit dan dicatat baunya.